NBRSCorp- Standarisasi kecantikan saat ini semakin tidak masuk akal. Standar kecantikan di Indonesia umumnya adalah berkulit putih dan bersih, rambut lurus, hitam dan panjang. Wanita dianggap cantik apabila memiliki kulit wajah putih, tanpa jerawat, memiliki susunan gigi yang baik, hidung mancung, alis tebal dan rapi, dll.
Standar kecantikan ini terkadang menjadi suatu acuan seseorang menilai penampilan orang lain. Persepsi standarisasi kecantikan ini terus ditanamkan dan menjadi pola tersendiri. Pemaknaan kecantikan yang digaungkan di media massa baik elektronik maupun media sosial semakin memberikan kekuatan lebih terhadap standar yang diciptakan masyarakat sosial ini.
Iklan yang muncul di televisi juga memberikan pemaknaan yang semakin keluar dari frasa “masuk akal”. Hal ini berimbas pada turunnya kepercayaan diri sebagian wanita Indonesia terhadap kecantikan yang ada pada dirinya.
Sebagian bahkan mencoba berbagai cara untuk menyerupai atau mendekati standar cantik sosial masyarakat. Hal ini tentu akan berdampak pada turunnya rasa penghargaan terhadap diri sendiri.
Lalu Bagaimana Cara Beradaptasi dengan Standar Kecantikan yang Semakin Tidak Masuk Akal?
Accepting yourself. Hal tersebut merupakan dasar dari mencintai diri sendiri. ketahuilah bahwa tidak ada yang salah dengan diri kamu. Kalau kamu memiliki warna kulit gelap atau rambut keriting atau bentuk tubuh yang “tidak sesuai” standar kecantikan yang berlaku di masyarakat, semua hal tersebut tidak ada yang salah.
Ingat tidak ada yang salah dari diri Kamu.
Accepting yourself atau menerima diri sendiri adalah langkah awal dalam upaya self love atau mencintai diri sendiri.
Ketahuilah bahwa setiap individu itu berbeda dan unik. Kamu cantik sesuai standar kamu, dan tidak ada yang berhak menilai fisik kamu.
“Aku gak perlu minta validasi dari siapapun, cukup aku sendiri yang menganggap aku cantik. Tidak perlu memperdulikan orang-orang yang tidak menganggap aku demikian,” ucap Gege dalam Ketik.Unpad.ac.id
Baca juga artikel Tips & Trik atau artikel Berita NBRS Corp lainnya.
Penulis : Anisa Wakidah
